Migrasi
Ø Gerak
perpindahan penduduk atau migrasi dari suatu daerah ke daerah lainnya merupakan
suatu bentuk respon atau reaksi dari adanya variasi keadaan dimana mereka
berdiam / hidup. Perkembangan sosial ekonomi antara daerah yang satu dengan
daerah lainnya, jarang sekali terjadi kesamaan. Ketidaksamaan ini menimbulkan
kesempatan--kesempatan yang berbeda untuk masing-masing daerah. Banyak faktor
yang mempengaruhi proses migrasi, sehingga permasalahannya makin rumit dan
kompleks. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan terungkap bahwa dorongan
utama bagi seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan migrasi adalah
keinginan untuk memperbaiki mutu/taraf hidup, disini tersirat bahwa faktor
ekonomi merupakan motivasi yang dominan dalam migrasi. Meskipun demikian,
tidaklah berarti bahwa faktor-faktor lain diluar faktor ekonomi tidak
berpengaruh pada keputusan seseorang untuk melakukan migrasi; seperti persepsi
seseorang atas reaksinya terhadap perubahan-perubahan yang terjadi antara satu
daerah dengan daerah lain juga tidak sama. Karena itu biasanya orang akan
pindah ke suatu daerah, bilamana daerah tersebut akan memberikan suatu nilai
positif bagi dirinya atau keluarganya.
Macam-macam imigrasi
adalah sebagai berikut:
1)
Migrasi permanen
2)
Migrasi sementara
Dengan adanya
intervening obtacles (rintangan antara) maka timbul dua proses migrasi yaitu:
1)
Migrasi bertahap
2)
Migrasi langsung
Secara garis besar
kenampakan migrasi di indonesia di bagi menjadi dua kemampakan yaitu:
urbanisasi dan migrasi intergional atau transmigrasi.
Akibat yang di
timbulkan dari migrasi yaitu:
a. Urbanisasi
Ø Urbanisasi
(migrasi dari desa ke kota) walau urutannya sangat kecil, namun dapat
mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan. Para urbanit
kebanyakan terdiri dari golongan umur muda yang sangat produktif serta banyak
inisiatifnya. Sebagian akibat dari penduduk yang rata-rata masih muda tersebut
memungkinkan pertumbuhan penduduk yang pesat di kota, dan bagi pembangunan
desanya sedikit banyak akan mempengaruhi kelancaran.
b. Migrasi interegional
Ø Migrasi
interegional di indonesia kebanyakan di laksanakan oleh mereka yang berumur
produktif dan kreatifitas tinggi. Hal tersebut memungkinkan tingginya angka
pertumbuhan penduduk serta tingkat laju pembangunan di luar jawa. Di DKI
Jakarta sebagai akibat adanya migrasi interegional pertumbuhannya menjadi
sangat cepat sehingga pada tahun 2000
penduduknya menjadi sekitar 16,6 juta jiwa (sehingga jakarta akan menduduki
urutan ke 10 dari kota-kota besar di dunia).
Komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin mempunyai peranan yang sangat penting hanya
dapat mengetahui:
·
Pertumbuhan penduduk di suatu daerah
termasuk cepat atau lambat.
·
Rasio ketergantungan.
·
Jumlah wanita dalam usia subur.
·
Jumlah tenaga kerja yang tersedia.
·
Berdasarkan tempat tinggal.
·
Bentuk piramida penduduk.
Menurut John Clark
pertumbuhan penduduk dikatakan cepat bila golongan umur 0-14 tahun lebih dari
40% dari golongan umur 60 tahun dan lebih sama atau kurang dari 10%. Untuk
mengretahui pertumbuhan penduduk suatu daerah cepat atau lambat dapat juga
dilihat dari bentuk piramida penduduk. Karena dengan melihat bentuk piramida
penduduk akan di ketahui mengenai perbandingan jumlah penduduk anak-anak,
dewasa, dan orang tua pada wilayah yang bersangkutan. Keadaan struktur atau
komposisi penduduk yang berbeda-beda akan menunjukan bentuk piramida yang
berbeda-beda pula.
Ada tiga jenis struktur
penduduk :
1)
Piramida
penduduk muda
Ø Piramida
ini menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar dari pada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya
kita jumpai pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya: india,
brazilia, indonesia.
BENTUK
PIRAMIDA PENDUDUK MUDA
PRIA/WANITA
GOLONGAN
UMUR
75
-
70
- 74
65
- 69
60
- 64
55
- 59
50
- 54
45
- 49
40
- 44
35
- 39
30
- 34
25
- 29
20
- 24
15
- 19
10
- 14
5 - 9
0 - 4
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 22
Penduduk dalam jutaan (Sumber :SUPAS
BPS 1976)
2)
Piramida
penduduk Stationer
Ø Bentuk
piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis ) sebab tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk
yang terbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti:
Swedia, Belanda, Skandinavia.
BENTUK
PIRAMIDA PENDUDUK STASIONER
PRIA/WANITA
GOLONGAN UMUR
75-
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Penduduk
dalam jutaan
(Sumber
: SUPAS BPS 1976)
Piramida
penduduk tua
Ø Bentuk
piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang
sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis
kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan penduduk. Negara yang
bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah : Jerman, Inggris, Belgia,
Perancis.
BENTUK
PIRAMIDA PENDUDUK TUA
PRIA/WANITA
GOLONGAN UMUR
75-
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 22
Penduduk
dalam jutaan
(Sumber
: SUPAS BPS 1976)
Rasio
ketergantungan ( Dependency of ratio)
Dari komposisi penduduk
menurut umur dapat dipakai untuk menghitung rasio ketergantungan. Yang di
maksud dengan rasio ketergantungan adalah angka yang menunjukan perbandingan
jumlah penduduk golongan umur yang belum produktif dan sudah tidak produktif
kerja lagi dengan jumlah penduduk golongan umur produktif kerja. Biasanya
dinyatakan dalam persen (%). Batas golongan
umur produktif kerja (aktif ekonomi) , masing-masing daerah/negara
berbeda-beda. Biasanya antara umur 15 tahun sampai 65 tahun. Jadi makin tinggi jumlah penduduk usia
muda dan jompo makin besar rasio
ketergantungan. Artinya beban penduduk pada kelompok umur produktif kerja
(aktif ekonomi) untuk dapat menghasilkan barang atau jasa ekonomi bagi golongan
umur muda dan jompo adalah tinggi. Penggolongan umur penduduk dalam kelompok
produktif sangat berpengaruh dalam lapangan penghidupan produktivitas kerjanya
dalam lapangan produksi.
Penggolongan umur
menurut Widjojo, Pullerd dan John Clark:
·
0 – 14 golongan belum produktif
·
15 – 64 golongan produktif
·
65 ke atas golongan tidak produktif
Diambil
dari: Buku MKDU ILMU SOSIAL DASAR (Harwantiyoko dan Neltje F. Katuuk) Penerbit
GUNADARMA.
Nama: Nadia Susanti
Kelas: 1KA37
NMP: 18112261
Tidak ada komentar:
Posting Komentar